“Pagi pak. Lagi puasa begini tetap nyapu?”
“Puasa/tidak, tetap harus nyapu dik”
“Mulai dari jam berapa pak nyapunya?”
“Mulai dari jam 2 pagi tadi, tapi ntar siang nyapu lagi”
“Sudah berapa lama menjalani pekerjaan ini pak?”
“Sudah dari sebelum menikah hingga sekarang saya punya 3
orang cucu”
Mendengar itu, jantungku langsung berdebar kencang. Seolah
berada diambang kesalahan yang menggunung. Dari sebelum menikah, hingga
memiliki 3 orang cucu, ia terus bekerja menjadi seorang penyapu jalan. Dengan
bayaran seadanya, yang tidak bisa memenuhi segala kebutuhan yang semakin lama
kian melonjak tinggi. Tuhan, dimana para hambamu. Dimana mereka yang terbuka
hatinya. Dengan perasaan terpukul, aku pun kembali menjalin silatturahmi
dengannya.
“Bolehkah saya membantu membersihkan jalanan ini pak?
Silakan bapak beristirahat saja”
“Tidak apa-apa dik, terima kasih banyak, ini sudah kewajiban
saya”
“Bolehkah saya membantu membersihkan jalanan ini pak?”
“Terima kasih, dik. Tapi ini sudah kewajiban saya, dengan
pembicaraan tadi saja saya sudah merasa terbantu”
Patut dibanggakan, seseorang yang kurang dihargai, dan yang
diacuhkan, tapi ia tetap bisa menghargai & menghormati kebaikan orang lain.
Ia masih menghormati pekerjaannya. Ia bekerja tanpa pamrih, tanpa keluhan &
ikhlas menjalankannya. Berbeda dari sekian banyak manusia, manusia yg dibutakan
oleh jabatan, harta, dan keangkuhan. Alangkah indah & adilnya negeri ini.
Tuhan menciptakan pekerjaan sesuai dengan sifat pekerjanya. Tapi lebih alangkah
indahnya, jika setiap ‘manusia’ memilik ‘image’ yang tidak merusak ‘harga
dirinya’. Seraya berpikir, aku tetap melanjutkan perbincangan dengannya.
“Berhubung dengan dekatnya pilpres ini, apa yang bapak
harapkan dari presiden kedepannya?”
“Tidak lebih dan tidak kurang, saya hanya berharap presiden
dapat mengerti rakyat kecil, pembangunan infrastruktur untuk semua kalangan,
bukan hanya kalangan yg memiliki derajat tinggi saja.”
Tuhan, tolong berikan kami pemimpin yang memiliki jiwa
kemanusiaan. Tolong berikan kami masyarakat yang memiliki jiwa kepedulian.
Sehingga, tidak ada lagi rakyat yg terasa kekurangan. Jadikan kami suatu
keluarga yang saling menolong satu sama lain, jadikan kami suatu keluarga yang
saling menghargai satu sama lain. Tuhan, bukakanlah hati para manusia yang
sudah dibutakan dengan keangkuhan. Jadikanlah negeri ini negeri dengan seribu
manfaat, negeri dengan seribu berkah. Maafkanlah atas semua kekhilafan kami.
Amin
Untuk yang pertama kalinya, sebuah kisah yang ku alami sendiri, dengan waktu dan kata-kata yang sama. Betapa indahnya negeri ini tuhan. Maaf atas kalimat, kata, atau apapun yang menyindir/tidak mengenakkan hati. Kritik dan sarannya:D Makasih buat yang sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca postingan ini. Semoga bermanfaat!
Nah, yg begini nih yg bisa kita jadiin inspirasi buat terus berjuang. Semangat!
ReplyDeleteThanks!:D semoga bermanfaat. Semangat!
DeleteAmin ya Allah, Amin!
ReplyDeleteKeadilan dan kebajikan dan kejujuran di negara kita belum mati. :')
Kita sebisa mungkin berjuang. Kita mungkin gak bisa turun tangan langsung. Tapi kita bisa membantu sebisa kita, dari yang paling dekat dengan sekeliling kita. :')
Amiin, semoga jangan mati yah:')
Deletewah, ashaaaa.
ReplyDeleteAminnn!
Semoga lebih baik lagi. Aamin!
ReplyDeleteAmiin!
Delete