Saturday, July 19, 2014

Alangkah Lucunya Negeri Ini

Pagi ini, berhubung masih sangat pagi, aku menyempatkan diri untuk berolahraga keliling komplek. Tetapi, hentakan kakiku tiba-tiba terhenti saat melihat seorang kakek tua sedang menyapu sepinya jalan. Tak berpikir panjang, aku segera menghampirinya. Sekedar basa-basi, aku berharap bisa menghiburnya seraya ia menyapu jalanan.

“Pagi pak. Lagi puasa begini tetap nyapu?”
“Puasa/tidak, tetap harus nyapu dik”
“Mulai dari jam berapa pak nyapunya?”
“Mulai dari jam 2 pagi tadi, tapi ntar siang nyapu lagi”
“Sudah berapa lama menjalani pekerjaan ini pak?”
“Sudah dari sebelum menikah hingga sekarang saya punya 3 orang cucu”

Mendengar itu, jantungku langsung berdebar kencang. Seolah berada diambang kesalahan yang menggunung. Dari sebelum menikah, hingga memiliki 3 orang cucu, ia terus bekerja menjadi seorang penyapu jalan. Dengan bayaran seadanya, yang tidak bisa memenuhi segala kebutuhan yang semakin lama kian melonjak tinggi. Tuhan, dimana para hambamu. Dimana mereka yang terbuka hatinya. Dengan perasaan terpukul, aku pun kembali menjalin silatturahmi dengannya.
“Bolehkah saya membantu membersihkan jalanan ini pak? Silakan bapak beristirahat saja”
“Tidak apa-apa dik, terima kasih banyak, ini sudah kewajiban saya”
“Bolehkah saya membantu membersihkan jalanan ini pak?”
“Terima kasih, dik. Tapi ini sudah kewajiban saya, dengan pembicaraan tadi saja saya sudah merasa terbantu”

Patut dibanggakan, seseorang yang kurang dihargai, dan yang diacuhkan, tapi ia tetap bisa menghargai & menghormati kebaikan orang lain. Ia masih menghormati pekerjaannya. Ia bekerja tanpa pamrih, tanpa keluhan & ikhlas menjalankannya. Berbeda dari sekian banyak manusia, manusia yg dibutakan oleh jabatan, harta, dan keangkuhan. Alangkah indah & adilnya negeri ini. Tuhan menciptakan pekerjaan sesuai dengan sifat pekerjanya. Tapi lebih alangkah indahnya, jika setiap ‘manusia’ memilik ‘image’ yang tidak merusak ‘harga dirinya’. Seraya berpikir, aku tetap melanjutkan perbincangan dengannya.

“Berhubung dengan dekatnya pilpres ini, apa yang bapak harapkan dari presiden kedepannya?”
“Tidak lebih dan tidak kurang, saya hanya berharap presiden dapat mengerti rakyat kecil, pembangunan infrastruktur untuk semua kalangan, bukan hanya kalangan yg memiliki derajat tinggi saja.”

Tuhan, tolong berikan kami pemimpin yang memiliki jiwa kemanusiaan. Tolong berikan kami masyarakat yang memiliki jiwa kepedulian. Sehingga, tidak ada lagi rakyat yg terasa kekurangan. Jadikan kami suatu keluarga yang saling menolong satu sama lain, jadikan kami suatu keluarga yang saling menghargai satu sama lain. Tuhan, bukakanlah hati para manusia yang sudah dibutakan dengan keangkuhan. Jadikanlah negeri ini negeri dengan seribu manfaat, negeri dengan seribu berkah. Maafkanlah atas semua kekhilafan kami. Amin

Untuk yang pertama kalinya, sebuah kisah yang ku alami sendiri, dengan waktu dan kata-kata yang sama. Betapa indahnya negeri ini tuhan. Maaf atas kalimat, kata, atau apapun yang menyindir/tidak mengenakkan hati. Kritik dan sarannya:D Makasih buat yang sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca postingan ini. Semoga bermanfaat!

7 comments:

  1. Nah, yg begini nih yg bisa kita jadiin inspirasi buat terus berjuang. Semangat!

    ReplyDelete
  2. Amin ya Allah, Amin!
    Keadilan dan kebajikan dan kejujuran di negara kita belum mati. :')
    Kita sebisa mungkin berjuang. Kita mungkin gak bisa turun tangan langsung. Tapi kita bisa membantu sebisa kita, dari yang paling dekat dengan sekeliling kita. :')

    ReplyDelete