Ahmad Fauzan ‘Adziimaa, atau biasa dipanggil ‘Ustadz Fauzan’,
Awalnya terkenal sebagai guru yg sedikit annoying,
menjengkelkan, dsb.
Pribadi yang pintar, sabar dan kreatif ini selalu punya hal baru
dalam cara beliau mengajar.
Jujur, awalnya gua sedikit merasa ‘enggan’ diajar beliau.
Kembali teringat, gua dan salah satu temen gua, selalu memperhatikan
gerak-gerik ustadz Fauzan, entah untuk apa, tapi ini yang selalu gua dan temen
gua lakukan saat terlihat ustadz Fauzan dimata. Sebelum formatif yang pertama
kalinya dengan beliau, ustadz Fauzan masih terkenal sebagai guru yang kurang
disukai. Disini beliau masih ber-adaptasi mungkin yak. Dan, formatif untuk yg
pertama kali dengan beliau pun akhirnya tiba. Setelah pembagian kertas soal dan
jawaban, beliau menuliskan secarik kalimat di papan tulis. Sekelas tertawa
membaca kalimat tersebut─anyway, thanks ustadz atas kalimatnya! Sampai sekarang
jadi motivasi gua─. Kalimat yang bertuliskan “Manusia terbaik ialah ia yang
tetap jujur walau dalam kondisi apapun”.
Sebenarnya, #MEmoryeah2014 gua dengan beliau terlalu banyak,
sampai gua bingung mau tuangkan yang mana. Postingan ini, gua mungkin agak
sedikit serius kali ya.
Teringat kembali, 7Asseek, kelas gua yang terkenal kelas
paling ribut, dan itu juga bukan kendala bagi beliau untuk mengajar.
“Akhwat ga boleh ramerame” tegurnya. Begitu lembut dan sangat
manis.
Teringat kembali, kata-kata khas beliau yang selalu ingin gua
dengar dan selalu teringat dalam benak. Peneguran lucu, kocak, walau sebenarnya
lucu dibagian mana gua juga gak ngerti.
Teringat kembali, saat pertama kali beliau blogwalking ke
blog gua, bahagia banget, comment yang mengandung motivasi membuat gua tambah
semangat ngeblog dan tambah aktif di komunitas keren sejagad raya,
@kancutkeblenger. Thanks kawancut! Bangga gua bisa jadi bagian Kancut
Keblenger.
Teringat kembali, hari itu, udah sore, beliau mau berangkat
ke masjid untuk melaksanakan sholat ashar. Gua berlari tergabah-gabah hanya
karena mau menanyakan suatu hal. Belum mengeluarkan sepatah kata pun, beliau
sudah memulai permbicaraan dengan canda gurau-nya yang buat gua ketawa terbahak
bahak.
“Zi, kaos kaki ustadz robek nih, kamu gak kasian, beliin
dong”
Dan kebetulan, kaos kaki gua juga robek, gak mau kalah, gua
juga memamerkan kaos kaki yang robek itu. Gua terkaget kaget mendengar
jawabannya, benar benar seorang ikhwan sejati.
“Kamu akhwat, akhwat kok gitu ya, akhwat tidak boleh seperti
itu. Itu aurat mbak”
Wew, calon penghuni surga. Ternyata, sore itu, gua gak jadi
untuk menanyakan suatu hal tersebut, karena sudah terbahak bahak dengan
candaannya beliau. Tak terasa, gua juga gak nyangka, hari ini hari terakhir gua
bertemu beliau. Kaget, sempet gak percaya, dan jujur, gua gak rela, beliau
pindah karena melanjutkan pendidikan S2-nya ke Taipei, Taiwan. Masih teringat
juga, kalimat gua terakhir ke beliau dan kalimat terakhir beliau ke gua. Dan,
ah ya gua gak menceritakannya di atas, janji beliau kepada kelas gua yang masih
sampai sekarang belum terpenuhi─ustadz kalau baca postingan saya yang ini, jangan
lupa janjinya hehe─. Janji apa, Sha? Mungkin gak penting-penting banget kali
yeee, janji beliau adalah menyelesaikan film sejarah yang belum selesai kelas
gua tonton.
Seminggu berlalu tanpa beliau, eh ketepatan saat liburan, gua
pun tak lepas dengan social media.
Melihat notifications facebook yang bisa dibilang banyak itu, membuat gua
heran, gua kesambet apa dapat notif sebanyak itu. Ternyata, gua dapet tag dari
seorang yang gua kagumi, Ahmad Fauzan ‘Adziimaa. Kurang lebih status beliau
yang gua ditag itu berisi kata-kata maaf, motivasi, dan kata-kata khas beliau.
Dengan spontan, gua langsung comment, dan ternyata gua juga ngeinbox yang
isinya panjang kali lebar kali tinggi kayak rumus fisika. Dan gua, untuk
kesekian kalinya, kembali tertawa terbahak-bahak membaca respon beliau atas
inbox gua yang panjang kali lebar kali tinggi kayak rumus fisika.
Ah, teringat kembali,
hari dimana bertepatan dengan hari guru, seluruh siswa/I meminta maaf kepada
seluruh guru. Bertepatan gua minta maaf di ustadz Fauzan, seperti biasa, beliau
yang memulai percakapan. “Wah, Zia. Harus lama nih minta maafnya”. Saat itu,
gua mau nangis, terharu sekaligus bangga, tapi gua tahan, malu nangis depan
beliau hahah.
Dan sekarang, 30 Desember 2014, beliau masih berjuang dijalan
Allah SWT untuk menuntut ilmu kebaikan di negeri Taiwan.
Untuk yang kesekian kalinya, saya, Azkiya Shabira, ingin
minta maaf dan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ustadz Ahmad
Fauzan ‘Adziimaa. Jangan bosan bosan ke sekolah lagi, tadz. Janjinya jangan
lupa juga:’)
Cr foto/dokumentasi: Gua minta langsung ke beliau & dokumentasi smp.
salam kenal yaa. ini untuk KK juga yah?? hehehe...
ReplyDeleteini tulisan MiQHNuR --> http://wp.me/p57FgO-4j
Salam kenal(:
Deletewihh, semoga anak yg namanya askiya shabira tumbuh menjadi remaja yg cerdas dan berprestasi yg kelak mampu membanggakan agama, orang tua, dan guru-gurunya.
ReplyDeleteAmiiin, makasiih ustadz!:))))
Deletengomong ngomong background di poto poto itu dinegara mana yaa? kereeen :D
ReplyDeleteTaipei, Taiwan mbak:))
DeleteTuh tuh dikomentarin sama Ustadz Fauzan-nya, seneng ya punya guru kayak beliau, serasa punya motivasi untuk sekolah lebih tinggi lagi :D
ReplyDeleteBaca juga #MEmoryeah punyaku:
#MEmoryeah2014 Vaccines Young Ambassador 2014 dan #MEmoryeah2014 Aku dalam GADIS
Hihii iyanih dikomenxD iya, seneng bangett. Okeoke, meluncurr aaah ke #MEmoryeah2014 nyaa kakakxD
Delete(y) (y)
ReplyDelete